Jika cinta itu memberi
arti dalam keindahan,, aku ingin merasakannya yang kedua kali, Jika
cinta itu member penghianatan, aku tak mau seseorang terkhianati oleh cinta.
Kubuka lembaran baru dengan penuh harapan, agar suatu ketika
cinta itu memberikan arti kebahagiaan yang sejati. Lirih dalam setiap ucapan
harapan serta doa yang penuh tanda Tanya..?
Perlahan Kubuka jendela yang terdengar dari luar sana alunan
kicauan burung, embun pun menari dengan sunyi pada dedaunan. Aku begitu menikmati udara pagi ini dengan
semangat.Kulihat rangkaian foto yang terpajang didinding kamarku.Salah satu
foto yang terpapar adalah foto Indra, Pacarku.
Indra Perdana, begtulah nama lengkapnya. Sosok pria yang
berperawakan tinggi-sedang, berkulit hitam manis. Wajahnya cerah dengan dihiasi
senyum ramah yang melekat pada pipinya.
Kami baru genap satu bulan yang lalu resmi pacaran. Kuharap
Indra menjadi lelaki terbaikku, walaupun aku tau tak ada yang sempurna di Dunia
ini kecuali Allah sang maha pencipta.
Kuharap semuanya baik-baik saja, aku jadi ingat pas pertama
kali aku mengenalnya.Disebuah toko buku awal pertama kali kita bertemu. Saat
itu Aku sedang mencari sebuah novel yang terpapar dipojokan sana, perlahan
kuhampiri deretan-deretan novel itu. Aku berusaha mengambilnya, namun novel
yang aku cari tepat berada jauh dari gapaian tanganku.Akupun bingung untuk
mengambilnya, sudah kucoba tapi tak berhasil.Nampaknya tak ada orang yang bisa
membantuku….?Ucapku menyerah.
Tapi tak lama dewa penolong itu muncul, Dia meraih novel
yang aku cari.Dan kemudia dia memberikannya padaku.Pria beperawakan tinggi itu
tentu saja berhasil mengambilnya dari gapaian tanganku yang tak bisa mengambil
buku itu. Senyumnya begitu ramah, tapi siapakah pria itu..? Tanyaku dalam
hati.”
Nih novelnya….” Ucap pria itu sambil menyodorkan novel
ketanganku.
Terimakasih yah udah bantu gue..maaf jadi ngerepotin. “
Sapaku pada pria ramah itu.
Iya gak apa-apa…seneng bisa bantu loe. “Ucap Pria itu dengan
tersenyum.
Ouh iya….Suka baca Novel yah..??? “ Sambung pria itu dengan
cepat.
Iya gue suka baca Novel..banget malah…hehe “ Jwabku pada
Pria itu sembari melempar seyum kecil.
Gue juga suka baca novel sich…tapi jarang-jarang.“Sahut Pria
itu.
Gue juga jarang ngeliat cowo yang suka baca Novel..malah
dikit mungkin yah…? “ Ucapku.
Sesaat ia menyodorkan tangannya bermaksud untuk berkenalan…
“ Gue Indra. “ Sapa Pria itu.
Gue Putri…. “ Ucapku sambil menyodorkan tangan.
Aku memotong pembicaran ini dengan cepat.
“ Udah dulu yah gue lagi buru-buru nih…kuambil beberapa buku
dan satu novel yang ingin kubeli.
Aku pun bergegas
meninggalkan Indra, tak kuhiraukan pertemuan singkat itu. Karna aku percaya
kalau memang aku di izinkan untuk bertemunya lagi, pasti suatu saat kita
bertemu.Entah disini atau dimana.
Selepas pertemuan singkat itu, nampakknya ada yang aneh pada
diriku, tak biasanya sepeti ini. Bayangan itu selalu muncul tiba-tiba dalam
pandanganku.“ Singkat namun berkesan”. Ucapku dengan tersenyum.
Yupz…tentu saja bayangan sosok Indra yang baru saja aku
kenal barusan. Aku coba untuk menghindar dari sela-sela ambisiku untuk suatu
saat nanti bisa bertemu dngannya lagi.“ Gak mungkin”. Kata itu yang membuatku
kembali melupakan pertemuan itu.
Setelah beberapa hari dari pertemuan itu. Sahabatku Dennis,
mengajakku ke caffe tempat biasa kami nongkrong, tak hanya kami berdua disana
melainkan ke’2 temanku Rara dan feby juga. Mereka sahabat-sahabatku sejak SMP.
Beruntung aku punya teman sebaik mereka yang selalu care pada temannya.
Terdengar dari luar sana suara kelakson motor Dennis,
bergegas aku menghampirinya..
Aku sudah rapih malam ini, terlihat Dennis sudah menungguku
10 menit yang lalu.Aku meminta izin terlebih dahulu kepada kedua orang tuaku.
Aku tersenyum simpul pada Dennis.“ Maaf loe udah nunggu
lama.” Ucapku pada Dennis.
Santai aja kali Put, mau gue nunggu sejam juga nggak papa
buat temen gue yang satu ini. “Ucap Dennis dengan celotehnya sambil
mengacak-ngajak poniku.
“ Ayo naik motor gue”. Ajakan Dennis.
“ Iya tapi pelan-pelan yah bawa motornya, awas kalau gue
diajak ngebut lagi sama loe. “Tegurku pada Dennis.
Siap tuan Putri…… “Jawabnya dengan sigap.
Setibanya di caffe, Rara dan feby sudah terliat berada
disana.Kuhampiri mereka dengan perlahan, berencana untuk mengagetkannya dari
blakang, nampaknya tak berhasil.Mereka sudah mengetahui keberadaanku saat
menghampiri mereka.
Hey Put…Dennis mana..? katanya bareng sama loe..?
“Bertubi-tubi mereka menanyakannya padaku.
ku potong pertanyaan mereka yang super cerewet.
Tenang ajah kali…Dennis gak bakalan ilang, dia udah gede.“
Ucapku dengan nada candaan.”
Ada tuh…masih diluar, tadi sich yang gue liat dy ketemu
temennya gitu. Terus gue tinggalin aja.“Sambungku pada Rara.
Tak selang beeberapa lama.Aku duduk bersama Rara dan
feby.Kita pun asiik menobrol dengan ditemani tiga gelas jus strawberry.Aku
melihat Dennis menuju meja kami.Tak selang beberapa langkah dari meja kami, terlihat
sosok pria yang mengikuti arah Dennis dari belakang.
Tak lama, Dennis muncul dengan Pria itu dihadapan kami.
Nampaknya tak asing
lagi aku mengenali wajah pria itu. Tapi ingatanku seperti begitu saja hilang.
Aku coba mengingat, tapi aku begitu saja lupa pada sosok
pria berperawakan tinggi itu.
Kulihat lekat-lekat wajahnya, perlahan aku mengenali pria
itu. Senyum dibibirinya yang begitu manis membuatku ingat akan kejadian dua
hari yang lalu.
Ouuuh…iya…” Itu kan….kataku menggantung, Penuh tanda
Tanya..?
“Indra”.Kata yang pertama keluar dari mulutku begitu pas
melihat sosok pria tersebut.
Tiba-tiba Dennis membuyarkan lamunanku. “Hey…..kenapa loe
Put bengong gitu, kaya kesambet ajah. “ Ucap Dennis.
Pandangaku kosong saat Dennis membuyarkan lamunanku
itu.Suasana Caffe yang terliahat sepi. Hanya ada kami ber empat serta Indra dan
beberapa pengunjung Caffe yang terlihat serius sedang berbincang-bincang dimeja
sana. Aku mengelak dari celotehan Dennis temanku yang jago membuat suasana
menjadi ramai.
Dengan sipat gogilnya, humoris, dan serius…. “Itu yang aku
tau dari diri Dennis”.
Kalau selebihnya yang tau sich pasti nyokapnya…..hehe
Tepat dihadapanku, pria itu terlihat sedang
mengingat-ngingat sesuatu, ia begitu aneh melihatku.
Tatapanya mengarah kepada wajahku, Rara dan Feby.Dia
terlihat agak kikuk.
Saat itu pun Dennis mengenalkan sosok pria itu kepada kami. Ia
menyodorkan tangannya kepadaku, Rere serta Feby. “ Hey…gue Indra temennya
Dennis.” Sapa Pria itu dengan tersenyum simpul.
Tak selang aku menjawab sapaan pria itu.Nampaknya dia
mengatakan sesuatu padaku dengan ragu.
“ Loe…..katanya menggantung. Dengan cepat ia menyebutkan namaku. “ Loe Putri yang waktu
itu pernah ketemu di toko buku kan…? “ Tanya pria itu dengan mengkerutkan
dahinya.”
Aku pun tersenyum simpul menjawab pertanyaan Indra.“ Iya gue
Putri. Loe masih inget gue Ndra..? “Tanyaku sok akrab”
Masihlah Put….!!! “Kata Indra.
Ternyata loe temenya Dennis..? gue baru tau sekarang.
“Sambung Indra.
Sesaat Dennis memotong pembicaraan Indra.
“ Jadi loe udah kenal sama Putri sebelumnya Ndra..? Bagus
deh.“ Tanya Dennis sembari menepul-nepuk punggung Indra.
Rara, Dennis dan Feby bergegas pindah dari meja yang
senbelumnya kami tempati.
Mereka nampaknya sengaja memberikan celah untuk membiarkan
Indra duduk dihadapanku.
Inilah kedua kalinya aku dan Indra bertemu dengan tidak
sengaja, aku bingung harus mulai pembicaraan ini dari mana, sesekali Indra pun
bersikap canggung. Namun tak lama ia mampu merubah suasana tak begitu kikuk.
Dia mencoba memuatku tertawa..dengan sikap yang supel. Dia mampu membuat orang
yang baru ia kenal jauh lebih terasa sudah mengenalnya lama.
Malam itu pun berlalu dengan berkesan. Indra mampu membuatku
merasa beda pada dirinya, entah itu apa, aku pun tak bias menjelaskannya lebih
detail. Karena perasaanku ini yang mengatakan sesuatu yang beda. “someone like
you.”
Pertama memang aku tidak percaya dengan CINTA, karna cinta
itu hanyalah sebuah janji-janji yang semu.“ BULSHITT…!!!
Kata tak percayaku pada cinta itu, saat aku merasa
terkhianati oleh masa laluku.Kata manisnya yang terlontar untukku itu hanya
omong kosong.“ SEMU dan AMBIGU”, begitulah
aku memaknainya.
Aku tak mau jauh lebih mengingat lagi yang dahulu-dahulu.Akan
aku jadikan suatu pembelajaran dan hikmah penting yang aku dapat dari arti
cinta itu.
Oke…aku mengawali pagi ini dengan semangat. Baju seragam
putih abu-abu sudah melekat ditubuhku, kusiapkan tas gamlog dan sepatu kets
serta beberapa buku pelajaran sudah kumasukan pada tas. Sarapan pun sudah menjamaku
dimeja makan. Kuambil sepotong roti serta selai kacang yang hinggap kuoleskan
pada roti itu. Belum aku memakannya, terlihat mamah menghampiriku dari dapur
menuju meja makan.
Mamah menegurku dengan pelan. “ Tumben kamu sarapan masih
pagi gini..? biasanya agak siangan.
Tanyanya dengan tersenyum.
Aku lagi ada tugas mah disekolah, jadi harus berangkat agak
pagian. “ Jawabku dengan melempar senyum.
Aku berangkat dulu yah mah…buru-buru nih takut kesiangan. “
Sambungku terbata-bata.
Akupun bergegas meninggalkan rumah dan mamah, seperti biasa
aku berjalan meuju halte yang tak jauh dari gank rumahku. Setibanya di halte,
terlihat dari kejauhan dan semakin dekat, sosok Dennis terlihat sedang
mengendarai motornya menghampiri keberadaannku. Perlahan dia membuka kaca yang
terlihat agak gelap. Dia mengajakku untu berangkat bareng bersamanya.
“ Ayo naik Put.. “ tawaran Dennis”
Iya tunggu, “Kataku singkat.
Akupun memutuskan untuk ikut dengan Dennis.
Setibanya digerbang sekolah, aku turun dari motor Dennis
yang sudah terparkir ditempat parkiran sekolah dekat kantin.
Terlihat pria setengah baya yang sedang menyapu halam
sekolah dengan semangat. Aku menyapa pria setengah baya itu yang sigap sekali
dengan pekerjaannya. Semangatnya membuatku termotivasi, kerap kali aku melihatnya
lelah. Keringatnya yang menembus baju tipis yang sedang dipakainya saat
sengatan matahari meyinari tubuhnya.
Pagi pak Min…. “ Sapaku pada pria setengah baya itu.
Pagi juga nak Putri. “ Kembali pak Min menyapaku.
Kok tumben masih pagi gini sudah terlihat disekolah…? “Tanya
pak Min.
Hehehe…biasa pak lagi ada tugas yang harus diselesaikan
sebulum jam pelajaranpertama masuk. “ Jawabku panjang lebar.
Aku tinggal dulu yah pak Min. Selamat bekerja…. “ Sapaku
sembari meninggalkan pak Min.
Sesampainya di koridor sekolah, terlihat hentakan kaki dari
belakang arah tempatku berjalan. Aku menengoknya dengan membalikan tubuhku pada
seseorang yang tengan berjalan dibelakangku. Ternyata itu Dennis sehabis
memarkirkan motornya tadi. Dia memanggilku dengan sapaan pelan.
“ Put, gue ketemen gue dulu yah…? Nanti gue nyusul ke kelas.
Loe duluan ajah. “ Kata Dennis dengan cepat bertubi-tubi.
akupun menuju ruangan kelasku. “ XI IPA2” Suasa yang terlihat
masih agak sepi, hanya terlihat beberapa siswa yang yang berada dalam ruangan masing-masing kelas
dan penjaga sekolah yang rajin menyapu halaman dengan masih dipenuhi dedauan
kecil yang terjatuh dari pohon depan sekolah.
Akupun menghampiri temanku yang sudah berada dikelas
terlebih dahulu, kuselesaikan tugas biologi kelompokku itu. Waktu sudah
menandakan pukul 07:00 Wib. Kulihat dari jendela kelas yang transparan itu
sudah terliahat siswa siswi yang lain berdatangan.
Oke…jam belpun bunyi dengan kecang. Kulihat gampir semua
ruangan kelas ini penuh namun hanya ada 2 bangku yang terlihat kosong. Dennis pun
sudah terlihat dibangkunya.
Aku mendelik kearah luar pintu yang setengah membuka,
kulihat beberpa guru masuk keruangan yang lain, serta menuju ruangan kelas ini.
Terlihat sosok pria berjalan dibelakang guru yang tengah memasuki ruangan ini.
Murid baru kan…? “ Tanyaku sendiri heran.
Tak lama guru itu pun masuk dibarengi kehadiran murid baru.
Oke anak-anak, kita kedatangan murid baru dikelas ini. “
Kata Bu.Jesi sembari memperkenalkan murid baru itu.
Hay teman-teman saya Indra Perdana. “ Sapa pria itu pada
teman-teman diruang kelas.
Silahkan duduk, masih ada kursi yang kosong sebelah Dennis.
Semua mata tertuju pada Indra, tak getar senyum manisnya
membuat teman-temanku meliriknya diam-diam.
Aku kaget dengan kehadiran Indra sebagai murid baru
disekolah ini. Kenapa Dennis tak memberi tahukan padaku kalau Indra pindah
sekolah. “ Tanyaku dalam hati.
Selepas jam pelajaran habis, bel pun berbunyi menandakan
istirahat. Aku mendelik kearah Dennis serta Indra, kulihat mereka sedang asyik
mengobrol, sesekali pandanganku mengarah keara mereka. Indra pun kembali
mengarahkan pandangannya kearahku, perlahan ia bangkit dari tempat duduknya
menjuju arahku.
Hey Put…Seneng yah bisa ketemu loe lagi. “ Sapanya dengan
teersenyum simpul.
Gue juga seneng bisa satu sekolah sama loe, tapi kok loe
bisa memutuskan sekolah disini sih Ndra..? “Tanyaku heran.
Nannti ajah deh gue jelasin dikantin. “ Ke kantin yuk…? “Tawaran
Indra.
Ayo….Dennis gimana? Loe gak ngajak dia juga…? Tanyaku pada
Indra.
Ahhh….gampang, Dennis nannti bisa nyusul, Ia kan Denn…? “
Elakan Indra dengan mengarah kepada Dennis yang terlihat sedang merapihkan
bukunya.